Rabu, 14 Juli 2010

Coffee, Kaffee, atau Kopi? Apapun Namanya, Dia adalah Teman.


Yeah, saya rasa dunia harus mengakui, bahwa minuman yang satu ini dibutuhkan oleh dunia, apapun namanya, jenisnya, asalnya. Bukan karena saya seorang tukang kopi ataupun petani kopi yang sedang mempromosikan hasil 'produk'nya, melainkan karena memang pada kenyataannya minuman ini dibutuhkan oleh dunia.

Pada postingan pertama saya pada blog saya ini (yang baru saya buat pertama kali dan baru terpikir untuk membuat blog ini karena bingung mengisi waktu liburan kuliah saya) bukanlah mengenai penjelasan ilmiah kopi ataupun jenis-jenis kopi dan kandungan-kandungan yang terdapat didalamnya, karena saya juga bukan seorang ahli gizi [saya bercermin dan semakin yakin kalau saya bukan ahli gizi]. Di postingan ini, saya akan menulis (lebih tepatnya meracau) tentang bahwa kopi adalah 'teman', dan mungkin akan menjadi 'teman' yang akan menemani saya hingga menghabiskan hari-hari tua nanti.

Beberapa tahun yang lalu, saya adalah pembenci kopi, dan juga pecinta teh. Sampai akhirnya saya menjadi seorang mahasiswa, saya kemudian mendapat wejangan dari bapak saya (saya akan menyebutnya Superdad), beliau menyarankan kepada saya agar mulai belajar untuk minum kopi, karena mahasiswa sangat butuh kopi pada nantinya. Setelah beberapa lama saya sadar kenapa Superdad menyarankan saya seperti itu, karena saya adalah manusia yang mudah sekali tertidur dan tidak punya bakat menahan kantuk. Dan akhirnya bisa ditebak, tugas-tugas kuliah saya terbengkalai, karena saya selalu tertidur ketika baru mengerjakan seperempat bagian dari tugas tersebut.

Saya pun belajar minum kopi, bahkan lebih niat daripada saya belajar pelajaran kuliah (-,-"). Dan akhirnya, saya pun jatuh cinta kepada kopi, dan terbiasa dengan dengan jam kalong (tetapi tetap saja tugas-tugas saya terbengkalai, karena pada dasarnya saya adalah pemalas, hehehe). Ketika saya mulai suka dengan kopi, yang ternyata jauh lebih cocok merokok dengan kopi ketimbang dengan teh, saya berburu kuliner kopi ditemani dengan mantan pacar saya. American coffee, coffee latte, coffee with rum, kopi bali, kopi madu, bahkan kopi rempah, saya dedikasikan lidah saya untuk minuman yang satu ini.

Kopi adalah teman, dan kopi butuh teman.

Warung kopi, tempat yang selalu nyaman untuk mengoceh tentang kehidupan, tempat yang bahkan kaum ekonomi sulit ataupun ekonomi elit berkumpul, dan mengoceh tentang topik yang berbeda, dan terkadang dengan bobot bahasa serta pemikiran yang berbeda pula. Dan kopi akan dengan setianya menemani kopi ocehan-ocehan tersebut. Sama seperti rokok, kopi adalah teman yang biasanya menemani kita ketika kita sedang berkumpul ataupun berbincang dengan teman-teman kita. Bahkan kopi pun menjadi teman kita ketika kita sedang galau ataupun sedang menikmati hidup kita yang sedang terjadi. Kopi pun menemani kita ketika sedang mengerjakan tugas ataupun pekerjaan. Yeah, itulah kopi, minuman yang kadang merupakan alat untuk ber-sosialisasi dengan teman-teman atau lingkungan disekitar kita. Dan kopi pun akan selalu butuh kita untuk mendengarkan ocehan-ocehan kita tentang dunia yang sedang terjadi. Seandainya pun kopi dapat berbicara, mungkin kopi akan menjadi narasumber bagi para ahli sejarah untuk mencatat dan merumuskan sejarah yang sebenarnya terjadi. Itulah kopi, bubuk hitam yang bahkan meskipun sudah dalam bentuk sebuah minuman tetap tidak menarik penampilannya, merupakan minuman yang memiliki banyak fans dari seluruh dunia, bahkan jumlahnya jauh lebih banyak dari jumlah fans Barack Obama sekalipun. Bukti ini terlihat dengan hampir selalu adanya warung kopi disetiap negara dibumi ini. Sedangkan bagi saya, kopi adalah sumber inspirasi saya.